Jumat, 13 Juni 2014

Audensi Dengan Dewan Pembina Pujakesuma,H.Gatot Pujanugroho




“ORANG JAWA BAKAL PIMPIN SUMUT 2013-2018”

(Medan Pos, 4 Desember 2012) Menjelang Pilgubsu 7 Maret 2013 beberapa pengurus Paguyuban Jawa melakukan kegiatan dukung mendukung pasangan Cagubsu, padahal orang tahu Paguyuban bukanlah partai politik. Aneh memang kalau hal ini dijadikan alat bagi pengurus untuk kepentingan sesaatnya, karena akan mencederai Tujuan dasar Paguyuban itu sendiri. Sebenarnya masih ada cara lain kalau memang kebelet banget melakukan dukungan yaitu: Membuat wadah/forum untuk menampung aspirasi anggotanya  seperti yang dilakukan oleh salah satu Paguyuban Jawa terbesar di Sumut “PUJAKESUMA”

Ketua Dewan Pembina Paguyuban ini, mas Gatot Pujo Nugroho (GPN) yang juga Plt Gubsu memberikan contoh yang baik bagaimana bersikap dan berbuat di DPP PKB PUJAKESUMA. GPN dengan santun dan rendah hati pamitan, mohon doa restu kepada jajaran pengurus Paguyuban untuk maju menjadi Cagubsu dengan tidak melibatkan simbol-simbol Pujakesuma. Karena GPN mengerti, taat aturan dan menjaga agar Pujakesuma tidak terlibat politik praktis yang jelas-jelas dilarang oleh   organisasi kemasyarakatan manapun.

GPN telah memberikan keteladanan dan contoh bagaimana berorganisasi yang baik dan benar di Pujakesuma. Sebenarnya hal ini juga dapat ditiru oleh organisasi lain agar jangan main “slonog boy” saja melanggar koridor yang sudah disepakati. Bertolak pada keteladanan ini, Warga Pujakesuma bertekad untuk mendukung GPN alasannya sederhana “Wong Bapakne Nyambut Gawe, Mestine Yogane Melu Rewang (gotong  royong)”.Berbekal semboyan ini warga Pujakesuma berembug dan,  menghasilkan GPN CENTRE yang bertekad bulat mendukung/memenangkan GPN menjadi Sumut   I. Bagi GPN CENTRE. Gatot Pujo Nugroho adalah “harga mati”, yang tidak bisa ditawar lagi jadi  Sumut I, Karena inilah saatnya “Wes Wayahe” Orang Jawa bakal jadi Gubernur Sumut. Wes wayahe  harus disikapi oleh seluruh warga Jawa yang berdomisili di Sumut maupun oleh warga yang sudah tergabung dalam wadah ini. Karena ombak besar jarang-jarang datang ke pantai. Ketika datang sambutlah dengan suka cita dan sikapi dengan kebaikan.

GPN CENTRE bukan dihuni oleh warga Pujakesuma saja, akan tetapi di isi oleh warga Jawa dari semua Paguyuban di Sumut plus ormas, masyarakat lintas agama dan Etnis lainnya yang  merasa yakin GPN paling punya kans besar untuk menang pada Pilgubsu nanti.
Sejak di SK kan akhir November 2012 maka pada Tanggal 9 Desember 2012 telah terbentuk GPNC di 33 Kabupaten/Kota. Banyak kalangan merasa takjub mengapa GPNC dalam waktu singkat dapat membentuk GPNC di seluruh Kabupaten/Kota di Sumut, anekdotnya: “hei.. benda apa itu masih merayap begitu kencang apalagi lari berdiri..”, belum sarapan saja sudah mau bekerja apalagi kalo sudah makan ..!!”. Makna anekdot ini hanya pengurus aja yang tau, hahaha., nggak usah dibahaslah., lanjut..


Ada orang bertanya pada warga Pujakesuma yang sesungguhnya “bukan jadi-jadian”: itu kok ada kandidat yang pakai logo dan lambang Pujakusuma di mobil kampanyenya Bro.. jawabnya= “oo.. itu bukan warga Pujakesuma yang sesungguhnya, mereka hanya ngaku-ngaku saja biar kelihatan kere’n, seperti ngaku sarjana tapi tidak punya ijazah”. Kalo tak percaya tanya pada kaban kesbangpolinmas provsu karena beliaulah yang punya kompetensi memberikan penjelasan tentang ke ormasan beliau tau mana ormas yang sah dan tidak sah.

Apakah menggunakan lambang dan logo Pujakesuma di bolehkan?. Jawabnya: biasalah.. orang panik kerjanya ya kayak gituan, aneh-aneh saja kelakuannya, mobat-mabit, kesana-kemari, nubruk-bentus seperti orang mabuk, bolot lagi.. (sudah tau pura-pura budeg), seumpama kata: “baju orang di jemuran di embat juga” ntar kepentok baru tau lu.. hahaha

Kembali ke pokok pembahasan, berdasarkan pengalaman Pilkada yang lalu-lalu, masyarakat paham betul menjatuhkan pilihan nantinya. Dari berbagai lapisan masyarakat, baik masyarakat urban maupun masyarakat pedesaan yang di wawancarai/ditanya penulis secara acak dibeberapa Kabupaten/ Kota selama mengikuti Safari GPN CENTRE, berkesimpulan bahwa masyarakat terlalu riskan memilih kandidat yang jor-joran memperkenalkan dirinya mengunakan baliho dan lainnya yang super mewah, seolah-olah uang tak berseri lagi baginya, jika dihitung-hitung menelan biaya milyaran bahkan lebih, sementara banyak saudara-saudara kita yang hidup prasejahtera mencari nafkah membanting tulang, mencari sehari belum tentu cukup memenuhi kebutuhan sehari, dengan demikian timbul tanda tanya besar: dari mana uang itu diperoleh?, kalo uang panas kapan dikembalikan?, dan darimana sumber pengembaliannya?, seabrek pertanyaan tidak bisa dijawab oleh akal sehat. Satu hal yang dikhawatirkan fenomena tak baik ini akan mencederai hati rakyat bila ujung-ujungnya belanja kampanye dikonpensasi dari APBD/APBN bila kandidat seperti ini terpilih. Hal ini jangan sampai terjadi karena APBD/APBN adalah uang rakyat untuk rakyat, penggunaannya tentunya dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat pula.

Adalah cara bijak dan smart bila masyarakat menjatuhkan pilihan pada kandidat yang sedang-sedang saja dalam menggunakan alat kampanye. Siapakah dia? Jawabnya terserah masyarakat sajalah penulis tidak berani mengajari limau berduri.

Di alam demokrasi seperti ini adalah wajar bila GPN CENTRE menawarkan/mensosialisasikan kandidat yang punya faktor pembeda dan faktor pembeda abadi yang melekat pada dirinya, bahkan yang tidak dimiliki kandidat lain: faktor incumbent, faktor dukungan partai yang tidak gemuk, cukup ideal, “atletis” untuk dapat begerak cepat, faktor wes wayahe, faktor dukungan sipil society yang begitu besar, faktor kepantasan/kelayakan/kepatutan, nilai estetika, umur yang relatif muda, enerjik, popular, negarawan dan agamawan/ustadz (ceramah oke, khatib oke, menjadi imam juga oke) pokoknya “diatas rata-rata air dah..”

Jelas sudah apa yang diuraikan penulis tentunya ingin mengajak masyarakat Sumut agar dapat kiranya menempatkan GPN PATEN atau istilah kerennya si “GANTENG” pada posisi tawar tinggi untuk memenagkan Pilgubsu yang akan digelar pada 7 Maret 2013, selanjutnya berkantor di Diponegoro 30 untuk menata regulasi berbasis rakyat yang berdaulat serta memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Sumut tentunya. Insha Allah. Mari sama-sama kita dukung dan doakan. Sekian, terima kasih

PANTUN:(1). Pergi liburan ke kota Roma, singgah pula ke Uni Soviet, kini giliran pasangan nomor lima, jadi idola di bulan Maret. (2).Malam-malam pergi ke hutan, jumpa harimau meraung-raung, GANTENG handsome jadi panutan, namanya harum tinggi melambung. (3). Sekarang Gubernur nantipun Gubernur, Insha Allah itu terjadi, Sumut diatur dengan teratur, oleh Mas Gatot dan Pak Tengku Erry Nuradi. (4). Kunjungan kerja ke Surabaya, pulang-pulang membawa ambal, pilih calon pemimpin yang bisa dipercaya dan jangan pula yang suka gombal. (5). Kampret-kampret terbang ke atas, pohon disambar tinggal tunggul, bulan Maret 2013, pilgub digelar, GANTENG yang paling unggul Insha Allah. (6). Anak kecil megang dinamit, dinamit meledak si anak selamat, yang ragil (no:5) benar-benar komit Sumut mendadak maju pesat. (7). Tumbas miwon kale gulo, cekap semonten mawon panton-panton kulo. Oke Bro..LANJUTKAN…!! SALAM JUANG SALAM KEMENANGAN.( Suratno Gurdi Bend. GPN Center).

Sabtu, 07 Juni 2014

Audensi Dengan Wakapolri,Pangdam II BB,Kapolda Sumut dan Kajati Sumut









PUJAKESUMA SUBSTANSI,BUKAN SEREMONI

Ada anggapan sbgn masyarakat bahwa maju mundurnya organisasi kemasyarakatan tergantung pada seberapa banyak ormas melakukan kegiatan bersifat pada urusan mengumpulkan massa,acara seremonial,potong nasi tumpeng,silatnas,bagi bagi Kartu Tanda Anggotanya,arisan dan lain sebagainya.

Bila kegiatan seremonial yg banyak menelan biaya demi gengsi "bau terasi" ini sering dilakukan maka disebut organisasinya maju dan bila kegiatan tsbt jarang dilakukan maka organisasi dikatakan  tdk berkembang dan mengalami kemunduran "jalan di tempat".

Anggapan sperti ini tdk selalu benar,karena tujuan organisasi yg maju mengedepankan substansi bukan seremoni.

Pujakesuma telah bertumbuh dan berkembang melakukan perubahan yg signifikan menggeser paradigma  seremonial menjadi paradigma baru yang lebih substansial sbgmna digariskan dlm AdA/ART organisasi.

Organisasi yg baik bila mau berkembang hrs bisa membongkar kebiasaan lama mengganti dgn kebiasaan baru yg  substantif mencapai tujuan.Dgn dmkn organisasi dpt bertahan di segala cuaca,tdk lapuk dimusim hujan dan tidak pula lekang di musim panas.

Dlm upaya mengemban tugas Pujakesuma  sbgmna diamanahkan AD/ART Pasal 5 ayat b "meningkatkan kualitas SDM dan kehidupan sosial ekonomi warga Pujakesuma dan lingkungannya," DPP tlh menandatangani MoU bersama PT Sena Perkasa Indonesia mempekerjakan 37 ,org putra Jawa ,menjadi sekuriti di kantor pemerintahan dan kantor swasta,selain itu juga tlh memberi beta siswa program D3 pd ,100 org putra putri Jawa selama 3 tahun disalah satu akademi managemen informatika di Medan.

Hal ini dianggap fantastis oleh beberapa pemerhati paguyuban.Kedepan kita berharap Pujakesuma terus berkembang,berjuang memikirkan nasib putra putri Jawa agar terus maju,berkualitas sdm nya maupun status sosial ekonominya setara dgn putra putri etnik lain dlm untaian NKRI (Suratno Gurdi).

Rabu, 04 Juni 2014

PUJAKESUMA RIWAYATMU DULU,KINI,DAN NANTI

Suatu organisasi yang tidak  belajar dari pengalaman masa lalu dan bekerja tidak  berdasarkan kondisi saat ini, maka lambat laun organisasi tersebut akan kehilangan eksistensinya.Bila kita mau melongok pada struktur organisasi DPP PKB Pujakesuma memiliki 3 level DPW tingkat Provinsi yakni DPW PKB,DPW Wanita dan DPW Generasi Muda.Demikian seterusnya DPD Kabupaten Kota,DPC Kecamatan hingga tingkat ranting (Depiran) dilengkapi 3 entitas kepengurusan yang mempunyai level dan otoritas yang sama.Hal inilah yang menjadi pembeda dibanding dengan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Sisi positif struktur organisasi seperti ini antara lain menggambarkan kebersamaan,keserasian dan keharmonisan disetiap entitas yang berjenjang.
Selama ini tidak ada konflik dan berjalan baik sesuai aturan. Namun bila dilihat dari sisi kekurangannya pasti ada, terkesan terdapat 3 matahari kembar disetiap entitas baik di DPW Provinsi,DPD Kabupaten/Kota,DPC hingga Depiran.
Bila terjadi gesekan di tingkat DPW Provinsi misalnya antara DPW,DPW Wanita,dan DPW Generasi Muda,tentunya akan merepotkan DPP demikian juga halnya bila terjadi perbedaan di tingkat DPD akan merepotkan juga bagi DPW untuk menengahinya agar tidak timbul perasaan pilih-kasih.

DPP berfungsi sebagai regulator,motivator,fasilitator dan pengayom,bukan saja melakukan ‘hal dengan benar akan tetapi lebih dari itu melakukan hal yang benar’

Melihat kondisi ini kedepan hendaknya struktur organisasi Pujakesuma dapat menyesuaikan dengan keadaan yang terus berkembang.Dan lebih fleksible menyesuaikan perkembangan yang ada tanpa harus kehilangan jati dirinya.Penulis tidak bermaksud menggurui dan kalau boleh bersumbang saran saja.
Struktur Organisasi Pujakesuma sekarang ini kelihatannya memang lengkap dan mengakomodir semua unsure baik laki-laki,wanita maupun generasi mudanya.Pada prakteknya  kebijakan DPP terhadap satu tingkat struktur dibawahnya dapat diartikan tidak baik bila diterjemahkan multi tafsir dikarenakan pada tingkat DPW ada 3 level dan mempunyai garis komando dan otoritas masing-masing. Konsekuensinya akan terjadi perbedaan pendapat terkesan ada 3 matahari kembar di setiap level tadi.

Kedepan tidak ada salahnya  Pujakesuma mengevaluasi kembali belajar dari pangalaman  masa lalu,bekerja dengan keadaan sekarang dan berfikir untuk masa yang akan datang,yaitu 
dengan menyesuaikan model organisasi lain yang lebih efektif berhasil mengembangkan organisasinya.

Sebaiknya semua entitas  DPW  struktur organisasisinya dilebur  menjadi satu kesatuan DPW PKB Pujakesuma Provinsi demikian juga halnya ditingkat Kabupaten Kota dan seterusnya.Perubahan ini tentunya melalui Rakornas dan Mubes mengagendakan Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan Peraturan Organisasi (PO) Pujakesuma.menyesuaikan perkembangan saat ini.,
Namun demikian semua berpulang pada Pemangku Kepentingan, Pengurus,dan Warga Pujakesuma yang punya kepedulian pada paguyuban besar dan tertua di Sumatera yang memiliki Legal Standing dari Kemendagri RI dan Kemenkumham RI.
Kita berharap agar Pujakesuma terus maju, berkembang dan dapat berkontribusi secara nyata dalam pembangunan,pendidikan,ekonomi,meningkatkan harkat martabat dan setatus social warga Jawa disamping menggali kebudayaan Jawa yang merupakan tujuan dasar Pujakesuma itu sendiri (Suratno Gurdi)

Selasa, 03 Juni 2014

PENGUKUHAN DPP PKB PUJAKESUMA




PUJAKESUMA CITRA DAN PERTUMBUHAN

Membangun  citra itu memang penting untuk memperkenalkan diri agar dikenal di masyarakat luas. Cara efektif  yaitu dengan upaya terus menerus berkreasi dan berinovasi menggunakan cara-cara baru agar bisa terus berkembang.

Perubahan dunia saat ini sangat dipicu oleh pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi. Pada zaman dulu komunikasi jarak jauh hanya bisa  dilakukan dengan alat yang saat itu  dinilai canggih seperti telegram,telephon,radio,pager dan lainnya.
Tapi sekarang alat komunikasi yang sedemikian sebahagian besar sudah tidak dipakai lagi terkesan  menyisakan sejarah alias masuk  ‘gudang’.

Teknologi informasi dan komunikasi  terbaru saat ini pun lahir seperti  hand phone,skype dan lainnya membuat jarak dan luas bumi terasa kecil karena informasi penting  dapat tersampaikan  dalam waktu sekian detik ke tempat yang dituju.Bahkan penggunaannya sangat ampuh untuk membangun opini  dan mengembangkan  citra  untuk suatu tujuan.

Cara baru dan baik  membangun opini dan mengembangkan citra adalah melalui social media yang terus berkembang. Begitupun ‘pencitraan’  bukanlah tujuan akan tetapi sebagai salah satu cara menuju sukses.

Pencitraan tanpa dibarengi dengan tindakan nyata dari apa yang dicitrakan sama seperti ‘tong kosong nyaring bunyinya ’  alias NATO ( No Action Talk Only).

Pertumbuhan bukan sekedar perubahan.Sebaliknya perubahan  adalah bagian dari pertumbuhan.Mengapa demikian???. Pertumbuhan artinya ‘hidup’ (tumbuh) dan terus berkembang, tidak ada matinya. Dalam kaitan ini Penulis lebih ingin memakai istilah ‘pertumbuhan’ tidak memakai kata ‘perubahan’ yang selalu dipakai  banyak orang akhir-akhir ini.

Organisasi kemasyarakatan seperti Pujakesuma bukanlah organisasi politik  akan tetapi walaupun demikian dalam kiprahnya berorientasi pada pertumbuhan dalam menjalankan visi dan misinya.

Organisasi manapun dalam membangun citra mencapai pertumbuhan  tidak terlepas dari opini yang dibangun,focus pada tindakan-tindakan nyata ,mendasari keputusan pada prinsip ,memberI substansi  dan bekerja keras untuk mengendalikan takdir agar lebih baik  dari pada kelihatannya.

Pujakesuma dalam perjalanannya boleh dikatakan sudah membuahkan hasil nyata. Jika dulu sifatnya  masih seperti keguyuban “serikat tolong menolong” kini sudah maju selangkah lagi, ditandai oleh beberapa hal antara lain; dalam kurun waktu tahun 2011 sampai sekarang  telah menorehkan sejarah penting seperti terbitnya legal standing  Pujakesuma dari Kemendagri dan Kemenkumham, terlaksananya pengukukan DPP dan pelantikam DPW,DPD Kabupaten/Kota oleh Ketua Pembina DPP Pujakesuma H. Gatot Pujonugroho  di Hotel Tiara Medan, terbentuknya GPN Center yang turut ambil bagian dalam pemenangan  H. Gatot Pujonugroho menjadi Gubernur Sumatera Utara 2013-2018, terkonsolidasinya DPW/DPD Kabupaten/Kota di Sumut dan DPW Pujakesuma Riau, terbangunnya Joglo di DPD Pujakesuma Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu, terlaksananya MoU antara Pujakesuma dengan Akademi Managemen dan Informatika Komputer (AMIK) Poli Bisnis Medan bea siswa 100 orang putra-putri jawa, terlaksananya MoU  antara Pujakesuma dengan PT. Sena Perkasa Indonesia mempekerjakan 37 orang  putra  jawa di beberapa kantor Instansi Pemerintah dan Swasta sebagai Sekuriti.

Itu semua adalah kerja Tim yang selalu berorientasi pada pertumbuhan dan hasil mencapai perubahan maju.Seyogianya warga  Pujakesuma berbesar hati atas capaian ini.

Mudah – mudahan kedepan  Pujakesuma bertumbuh- kembang lagi, selalu menemui jalan menanjak, berani keluar dari zona nyaman untuk mengembangkan keyakinan dan pengaruh.

Abaikan kritik yang merusak terimalah kritik yang membangun. Bila ada warga Pujakesuma mengatakan  Pujakesuma selama kurun waktu ini belum berbuat mungkin ia baru saja terbangun dari tidurnya di siang hari. Ironisnya itu sama seperti  ’ meludah ‘ di sumur yang airnya kelak ia minum sendiri.

Kita berharap hal ini tidak terjadi apalagi usia Pujakesuma sudah cukup matang di Ulang Tahunnya yang ke 34 pada 10 Juli 2014. ( Suratno Gurdi ).